Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ
Maka
ketahuilah bahwa Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan
memohonlah ampunan untukmu dan orang-orang beriman laki dan perempuan (Q.S
Muhammad:19).
Ayat
tersebut memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wasallam untuk
berilmu terlebih dahulu (Maka Ketahuilah/ berilmulah…) sebelum berucap dan
berbuat yaitu memohon ampunan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Al-Imam
alBukhari rahimahullah menuliskan judul bab pada kitab Shahihnya dengan : Bab
Ilmu (didahulukan) Sebelum Ucapan dan Beramal.
Umar bin
al-Khottob radhiyallaahu ‘anhu berkata :
تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا
“Belajarlah
ilmu sebelum menjadi pemimpin” (riwayat Ibnu Abi Syaibah)
Umar bin
al-Khottob radhiyallahu ‘anhu juga berkata :
لَا يَبِعْ فِي سُوقِنَا إِلَّا مَنْ قَدْ تَفَقَّهَ فِي
الدِّينِ
“Janganlah
berjualan di pasar kami orang yang belum paham tentang ilmu agama” (riwayat
atTirmidzi)
Mu’adz
bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu berkata:
الْعِلْمُ إمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu
adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu” (al-Amru bil Ma’ruf wan
nahyu anil munkar karya Ibnu Taimiyyah halaman 15).
Umar bin
Abdil Aziz rahimahullah berkata:
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ
أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِح
“Barangsiapa
yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak
dibandingkan memperbaiki” (Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah:2/383).
Ilmu
Menyebabkan Amal yang Sedikit Menjadi Barakah
Abud Darda’ radhiyallaahu ‘anhu berkata :
يا حبذا نوم الأكياس وإفطارهم كيف يعيبون سهر الحمقى وصيامهم
ومثقال ذرة من بر صاحب تقوى ويقين أعظم وأفضل وأرجح من أمثال الجبال من عبادة
المغترين
Duhai
seandainya (kita dapatkan) tidur dan makan minumnya orang berilmu. Bagaimana
bisa orang terperdaya dengan terjaganya (dalam sholat) dan puasanya orang yang
bodoh. Sungguh kebaikan sebesar biji dzarrah dari orang yang bertaqwa dan yakin
(berilmu) lebih agung, lebih utama, dan lebih berat timbangannya dibandingkan
amalan sebesar gunung dari orang yang tertipu (orang bodoh)(Hilyatul Awliyaa’
juz 1 halaman 211).
Syaikh
Sholih bin Abdil Aziz Aalus Syaikh dalam Syarh Tsalaatsatil Ushul menjelaskan
makna ucapan Sahabat Nabi Abud Darda’ ini
bahwa tidur serta makan minumnya orang yang berilmu jauh lebih besar
keutamaannya dibandingkan puasa dan qiyamul lailnya orang yang bodoh.
copas from :
Al-Ustadz Abu Amr Ahmad Alfian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar