Sebagian manusia ada yang meyakini bahwa asal penciptaan manusia berasal dari kera. Jadi, menurut teori ini, manusia awalnya berbentuk kera.
Lalu mengalami perkembangan dan evolusi yang mengubah struktur dan
bentuk tubuh mereka lebih sempurna; cara berpikir juga berkembang, dan
perlahan-lahan berubah bentuk dari monyet jadi manusia sempurna.
Inilah “teori evolusi”
batil yang pernah dicetuskan oleh Darwin. Teori ini didasari oleh
sangkaan dan perkiraan-perkiraan batil yang tidak dibangun di atas dalil
dari wahyu.
Ini
adalah Silsilah Fatwa(no.3) yang berisi fatwa-fatwa pilihan dari para
ulama’ ahlus sunnah wal Jama’ah. Kru buletin mungil Al-Atsariyyah kali
ini akan mengangkat beberapa permasalahan aqidah yang bertebaran di
masyarakat beserta jawabannya dari fatwa-fatwa tersebut.
Rubrik
fatwa kali ini dan seterusnya –insya Allah- akan kami nukilkan dari
fatwa-fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, Syaikh Abdur Razzaq
Afifi, Syaikh Abdullah bin Hasan bin Qu’ud, Syaikh Abdullah bin Abdur
Rahman bin Ghudayyan, Syaikh Ibrahim bin Muhammad Alusy Syaikh, dan
Syaikh Abdullah bin Sulaiman bin Muhammad bin Mani’ -rahimahumullah-.
Para ulama’ kita ini tergabung dalam suatu lembaga yang disebut dengan
“Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’”.
Adakah Makhluk yang Mengatur Alam Semesta ?
Ada
sebuah keyakinan yang tersebar di kalangan masyarakat –utamanya
kalangan tasawwuf- bahwa para wali memiliki kemampuan untuk mengatur
alam semesta. Karenanya, sebagian orang yang ekstrim diantara mereka,
ada yang meyakini –secara batil- bahwa setiap malam Jum’at para wali
berkumpul di sekitar Ka’bah untuk membicarakan dan merapatkan tentang
pengurusan dan pengaturan alam semesta. Konon kabarnya, hadir waktu itu
seluruh wali-wali yang mati, maupun masih hidup. Ini tentunya adalah
perkara batil, dan dusta; menyelisihi nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah!!
Para ulama’ kita yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ pernah ditanya, “Apakah orang yang meyakini bahwa ada orang yang mampu mengatur alam semesta?“
Para ulama’ kita tersebut memberikan jawaban, “Orang yang meyakini hal itu adalah kafir,
karena ia telah mempersekutukan Allah dalam rububiyah (seperti,
pengaturan alam semesta. -pent). Bahkan ia lebih kafir dibandingkan
kebanyakan kaum musyrikin yang telah mempersekutukan Allah bersama yang
lain dalam uluhiyah (penyembahan dan ibadah)“.[Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (1/58), cet. Dar Balansiyah, 1421 H]
Jadi,
seorang yang meyakini bahwa disana ada makhluk, baik ia nabi, malaikat,
dan lainnya yang mampu mengatur alam semesta, maka ia adalah orang yang
murtad dari agama Allah. Termasuk dalam hal ini, orang yang meyakini
ada yang mampu menyelamatkan orang dari marabahaya, mampu mengatur
rezqinya, jodohnya, dan kematian seorang makhluk. Semua ini adalah
kekafiran yang nyata, wal ‘iyadzu billah min dzalik !!
Kebatilan Teori Darwin
Sebagian
manusia ada yang meyakini bahwa asal penciptaan manusia berasal dari
kera. Jadi, menurut teori ini, manusia awalnya berbentuk kera. Lalu
mengalami perkembangan dan evolusi yang mengubah struktur dan bentuk
tubuh mereka lebih sempurna; cara berpikir juga berkembang, dan
perlahan-lahan berubah bentuk dari monyet jadi manusia sempurna. Inilah
“teori evolusi” batil yang pernah dicetuskan oleh Darwin. Teori ini
didasari oleh sangkaan dan perkiraan-perkiraan batil yang tidak dibangun
di atas dalil dari wahyu.
Para
ulama’ telah memberikan pengingkaran atas teori Darwin ini, karena
menyelisihi nash-nash Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ para salaf. Oleh
karenanya, Syaikh bin Baaz dan ulama’ sejawatnya yang tergabung dalam
Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ memberikan
jawaban terhadap pertanyaan seputar teori Darwin dengan menyatakan
dengan tegas, “Pendapat ini tak benar !! Dalil yang membuktikan hal itu
(yakni, kebatilan teori Darwin), Allah -Ta’ala- telah menjelaskan dalam
Al-Qur’an tentang periode penciptaan Adam seraya berfirman,
Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah” (QS. Ali Imraan: 59).
Kemudian tanah ini dibasahi sehingga menjadi tanah liat yang melengket pada tangan.
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah“. (QS. Al-Mu’minun: 12).
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat“. (QS. Ash-Shaaffat: 11).
Kemudian menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk.
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk“. (QS. Al-Hijr: 26).
Kemudian setelah menjadi kering, maka ia menjadi tanah kering seperti tembikar.
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar“. (QS. Ar-Rahman: 14).
Allah membentuknya sesuai bentuk yang dikehendaki oleh Allah, dan meniupkan ruh padanya dari ruh-ruh (ciptaan)-Nya.
Allah -Ta’ala-’ berfirman,
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Lalu apabila Aku
Telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud“. (QS.Al-Hijr :28-29).
Inilah
periode-periode yang dilalui penciptaan Adam menurut Al-Qur’an. Adapun
periode-periode yang dilalui oleh penciptaan anak-cucu Adam, maka Allah
-Ta’ala- berfirman,
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik“. (QS. Al-Mu’minun: 12-14).
Adapun istri Adam (yakni, Hawwa’), maka Allah -Ta’ala- pun menjelaskan bahwa Dia menciptakannya dari Adam seraya berfirman,
“Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan Mengawasi kamu“. (QS. An-Nisaa’:1).
Wabillahit
taufiq. Washollahu alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi washohbihi wa
sallam”. [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa
Al-Ifta’ (1/68-70), cet. Dar Balansiyah, 1421 H ]
Jangan bilang, “Khalifah Allah !!”
Di sebagian literatur dan karya tulis, sebagian orang menggunakan istilah “Khalifah Allah“.
Padahal penggunaan kata dan istilah seperti ini adalah sebuah bentuk
kekeliruan. Karena khalifah artinya pengganti. Allah tak perlu
digantikan, Allah senantiasa ada dan mengawasi kita; Dia tak pernah mati
sebagaimana layaknya makhluk. Adapun makhluk jika ia berkuasa dahulu,
lalu ia mati, maka ia digantikan oleh penggantinya yang disebut dengan
“khalifah”.
Syaikh
bin Baaz dan ulama’ sejawatnya yang tergabung dalam Al-Lajnah
Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ pernah ditanya, “Aku
pernah mendapatkan dalam sebagian kitab-kitab suatu ungkapan yang
berbunyi “Kalian –wahai kaum muslimin- adalah khalifah Allah di Bumi“.
Apa hukumnya ungkapan itu??”
Maka para ulama’ kita tersebut memberikan jawaban, “Ungkapan ini tak benar dari segi maknanya,
karena Allah; Dialah Sang Maha Pencipta segala sesuatu, dan Pemiliknya.
Allah tak pernah meninggalkan makhluk dan kerajaan-Nya sehingga Allah
harus mengambil khalifah (pengganti) baginya di bumi. Allah hanyalah
menjadikan sebagian orang menjadi khalifah (pengganti) bagi yang lain di
bumi. Setiap kali seorang mati, atau jama’ah atau ummat, maka Allah
jadikan sebagiannya sebagai khalifah (pengganti) bagi yang lainnya dalam
mengatur bumi sebagaimana Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dan
dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. Al-An’aam:165).
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Kaum
Musa berkata: “Kami Telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang
kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah
membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), Maka
Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu“. (QS. Al-A’raaf: 129).
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata:
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.Al-Baqoroh :30).
Maksudnya,
sejenis makhluk yang akan menggantikan yang sebelumnya dari kalangan
makhluk-makhluk-Nya . Wabillahit taufiq. Washollahu alaa nabiyyinaa
Muhammadin wa aalihi washohbihi wa sallam”. [Lihat Fatawa Al-Lajnah
Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (1/71-72), cet. Dar
Balansiyah, 1421 H ]
Dikutip dari: http://almakassari.com